PENATAAN FORMASI TEMPAT DUDUK SISWA
A. Pengertian Tempat Duduk Pebelajar
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang
diperlukan oleh pebelajar dalam proses pembelajaran terutama dalam proses
belajar di kelas di sekolah formal.[1]
Tempat duduk yang sesuai dengan keadaan tubuh
siswa akan sangat berpengaruh dalam kenyamaan penerimaan materi.(syaiful Bahri
Djamarah dikutip oleh Indah Sofiah, 1992:204).
Perkembangan jaman
yang semakin pesat menciptakan bermacam-macam bentuk dan ukuran tempat duduk
dan sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah. Diperlukan
pemilihan tempat duduk yang tepat dan dapat mengoptimalkan kenyamanan dalam
KBM. Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan. Apabila pengajaran itu akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka formasi tempat duduknya
sebaiknya berbentuk melingkar. Jika pengajaran ditempuh dangan metode ceramah,
maka tempat duduknya sebaiknya berderet memanjang ke belakang. [2]
A.
Fungsi Penataan Formasi Tempat Duduk
Pengaturan
bangku mempunyai peranan penting dalam konsentrasi belajar siswa. Pengaturan
bangku dapat dilakukan secara fleksibel dengan memosisikan sedemikian rupa,
sesuai dengan kebutuhan pengajaran yang efektif dan efisien. Hal ini dilakukan
agar semua siswa mampu menangkap pelajran yang diberikan dengan merata,
seksama, menarik, tidak monoton, dan mempunyai sudut pandang bervariasi terhadap
pelajaran yang tengah dikuti.
Sebagaimana
diketahui kemampuan siswa tidak sama. Ada yang cepat untuk menagkap materi dan
ada yang agak lambat, bahkan ada yang sangat lambat. Oleh Karena itu, perlu ada
sebuah strategi jitu untuk menyeimbangkan masalah ini. Salah satu strategi yang
bisa dilakukan adalah dengan mengatur kapan siswa bekerja secara perorangan,
kelompok, berpasangan atau klasikal.
Pengaturan
bangku tersebut dapat dilakukan untuk memenuhi empat tujuan pembelajaran, yakni
aksebilitas yang membuat siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang
tersedia, mobilitas yang membuat siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian
ke bagian lain dalam kelas, interaksi yang memudahkan terjadinya komunikasi
antar guru, siswa, maupun antar siswa, dan variasi kerja siswa yang
memungkinkan siswa bekerja sama secara perorangan, berpasangan, atau
berkelompok.
Pengaturan
bangku kelas tentu menjadi alternatif menarik bagi erciptanya konsep
edutainment dalam pembelajaran. Dengan variasi tempat duduk sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan dinamisnya gerak siswa dan guru dalam ruangan kelas,
tentu saja siswa akan merasakan kenyamanan, sehingga ia akan mudah menyerap
pembelajaran dengan baik.[3]
B. Bentuk Penataan
Formasi Tempat Duduk
Silberman
(1996) menunjukkan penataan ruang kelas belajar yang dapat dipilih dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.
Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan mampu mengaktifkan
para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran.
Dalam hal ini guru adalah orang yang paling aktif dengan bergerak dinamis ke
segala arah dan langsung berinteraksi secara langsung, sehingga akan
mendapatkan respon dari pendidik secara langsung.
Adapun
bentuk formasi kelas bentuk huruf U adalah Seperti gambar dibawah:
Kelebihan:
a.
Para peserta didik dapat melihat pembelajar dan
melihat media visual dengan mudah.
b.
Para peserta didik dapat saling berhadapan
langsung satu dengan yang lain.
2.
Corak Tim
Mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran atau oblong diruang kelas
agar memungkinkan pembelajar untuk melakukan interaksi tim. Pembelajar dapat
meletakkan kursi-kursi dan mengelilingi meja-meja.
3.
Meja konferensi.
Formasi
konferensi sangat bagus digunakan dalam metode debat saat membahas suatu
permasalahan yang dilontarkan oleh pendidik, kemudian membiarkan para siswa
secara bebas mengemukakan berbagai pendapat mereka. Denagn begitu akan
didapatkan sebuah kesimpulan atau bahkan dapat memunculkan permasalahan baru
yang bisa dibahas lagi pada pertemuan berikutnya.
Untuk
bisa membentuk formasi konverensi, meja yang harus digunakan adalah meja
panjang yang didekatkan satu per satu dalam bentuk memanjang, persegi panajang.
4.
Lingkaran.
Formasi
lingkaran adalah formasi yang disusun melingkar. Formasi ini digunakan untuk
melakukan pembelajaran dalam suatu kelompok, dimana guru memiliki peran untuk
membimbing dan mengarahkan jalannya pembelajaran tersebut.[4]
Model ini cukup ideal untuk diskusi kelompok penuh. Pembelajar menyediakan
ruangan yang cukup sehingga pembelajar dapat menyuruh pebelajar menyusun
kursi-kursi mereka secara tepat dalam berbagai susunan kelompok kecil.[5]
Adapun
bentuk formasi Lingkaran adalah seperti gambar dibawah :
5.
Formasi Cevron
Bentuk
cevron mungkin bisa sangat membantu dalam usaha mengurangi jarak di antarsiswa
maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan
yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di
kelas. Formasi ini memberikan sudut pandang baru bagi siswa, sehingga mereka
mampu menjalani proses belajar mengajar dengan antusias, menyenangkan, dan
terfokus.[6]
Susunan
ini baik digunakan untuk peserta didik (30 atau lebih) dan hanya tersedia meja
oblong.[7]
Adapun
bentuk formasi cevron adalah seperti gambar dibawah:
6.
Formasi Auditorium
Formasi
auditorium merupakan tawaran alternative dalam menyusun ruang kelas. Meskipun
bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar
aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk mengurangi kebosanan siswa yang
terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Jika tempat
duduk sebuah kelas dapat dengan mudah dipindah-pindahkan, maka guru dapat
membuat bentuk pembelajran ala auditorium untuk membentuk hubungan yang lebih
erat, sehingga memudahkan siswa melihat guru.
Adapun
bentuk formasi auditorium adalah seperti gambar dibawah :
7.
Formasi Tradisionala (Konvensional).
Model
penataan bangku tradisional adalah model yang paling sering digunakan oleh para
pembelajar sebab pembelajar tidak perlu repot-repot menata bangku lagi. namun
model ini sangat memiliki keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada dalam
kelas sering terganggu dan mobilitas pebelajar juga tidak bisa leluasa.[8]
Adapun
bentuk formasi tradisional adalah seperti gambar dibawah:
8. Formulasi
Kelompok untuk Kelompok
Formasi
kelompok untuk kelompok adalah formasi di mana terdapat beberapa kelompok yang
duduk dalam satu meja persegi berukuran besar (bisa juga dengan membuat
beberapa meja dijadikan satu menjadi meja besar), sehingga setiap kelompok
duduk saling berhadapan. Susunan ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi
atau menyusun permainan peran, berdebat atau observasi pada aktivitas kelompok.
9.
Formasi Pengelompokan Terpisah (Breakout Groupings)
Jika ruangan kelas memungkinkan atau
cukup besar, guru dapat meletakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil
dapat melakukan aktifitas belajar yang dipecah menjadi beberapa tim. Guru dapat
menempatkan susunan pecahan, pecahan kelompok tersebut berjauhan, sehingga
tidak saling mengganggu. Tetapi, hendaknya dihindari penempatan ruangan
kelompok-kelompok kecil yang terlalu jauh dari ruang kelas supaya mudah
diawasi.
Adapun
bentuk formasi pengelompokan terpisah (breakout groupings) adalah
seperti
gambar dibawah :[9]
Menurut Mohammad Sholeh Hamid,S.Pd dalam Bukunya
yang berjudul Metode Edutainment :
1. Huruf U
2. Meja Konferensi.
3. Lingkaran.
4. Susunan chevron.
5. Auditorium.
6. Model Tradisional (konvensional).
7. Kelompok untuk kelompok.
8. Breakout groupings.
9.
Formasi
Meja Pertemuan.
Formasi
meja pertemuan biasanya diseenggarakan di tempat-tempat pertemuan dan seminar,
baik di hotel maupun gedung pertemuan. Formasi ini dapat digunakan dengan cara
membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok tersebut
mempunyai meja pertemuannya sendiri-sendiri.
Adapun bentuk formasi meja pertemuan adalah seperti gambar dibawah :
Adapun bentuk formasi meja pertemuan adalah seperti gambar dibawah :
10. Formasi Tempat Kerja
Formasi
tempat kerja tepat jika dilakukan dalam lingkungan tipe laboratorium, di mana
setiap siswa duduk pada satu tempat untuk mengerjakan tugas, tepat setelah
didemonstrasikan.
Jika
guru menginginkan siswa memiliki tempat untuk menulis, hendaknya digunakan
susunan peripheral, yakni meja ditempatkan di belakang siswa. Guru dapat
menyuruh siswa memutar kursi-kursinya secara melingkar ketika guru mengingkan
diskusi kelompok.
Adapun
bentuk formasi peripheral adalah seperti gambar dibawah :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar