kupu-kupuQ

kupu-kupuQ

Sabtu, 07 Juni 2014

Pendekatan dan Perwujudan Pengelolaan Kelas


PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS DAN PERWUJUDAN PENGELOLAAN KELAS
A.   Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Dari berbagai sumber yang ada, terdapat berbagai pendekatan pengelolaan kelas untuk menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam kelas. Pendekatan-pendekatan ini, sebagian besar masih bergaya behavioristik dan militeristik.
Pendekatan tersebut adalah :
1.      Pendekatan Otoriter
2.      Pendekatan Permisif
3.      Pendekatan Pengubahan Perilaku
4.      Pendekatan Sosio-Emosional
5.      Pendekatan Proses Kelompok

Berikut ini penjelasan dari kelima pendekatan tersebut:
1.      Pendekatan Otoriter
Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan pembelajar untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku pebelajar ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisiplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan: (a) perintah dan larangan, (b) penekanan dan penguasaan, dan (c) penghukuman dan pengancaman. Berikut ini penjelasannya.
a.      Perintah dan Larangan
Pendekatan ini tampak mudah, namun kenyataan kurang mantap dalam pelaksanaan. Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu.
Seorang pengajar yang melaksanakan perintah dan larangan bersikap reaktif. Jangkauan tindakan reaktif ini hanya terbatas pada masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu saja, sehingga kemungkinan timbulnya masalah pada masa mendatang kurang dapat dicegah atau ditanggulangi secara tepat. Kesulitan lain bahwa pendekatan perintah dan larangan itu bersifat “resep”, karena kalau resep yang berupa perintah atau larangan itu gagal maka pengajar sulit untuk menghadapi masalah yang dihadapi. Sehingga dengan pendekatan perintah dan larangan ini tidak membuka peluang bagi tindakan yang luwes dan kreatif. Di sinilah sifat otoriter dari pendekatan perintah dan larangan itu datang bertumpuk untuk melakukan tugas-tugas di sekolah. Akibatnya pengajar kurang memanfaatkan potensinya sendiri dan hanya mengandalkan penerapan pendekatan tersebut untuk masalah yang sama, yang mirip dan sementara cocok. Dengan demikian pengajar dikatakan kurang mampu menyelenggarakan pengelolaan kelas secara efektif.
b.      Pendekatan Penekanan dan Penguasaan
Pendekatan penekanan dan penguasaan ini banyak mernentingkan diri pengajar sendiri seirama dengan pendekatan pertama, pengajar banyak memerintah, mengomel dan memarahi. Seiring pula dalam melakukan pendekatan dengan memakai pengaruh orang-orang yang berkuasa (misalnya pimpinan sekolah, orang tua). Melakukan tindakan kekerasan sebagai pelaksanaan penekanan, menyatakan ketidaksetujuan dengan kata-kata, tindakan atau pandangan menunjukkan sikap penguasaan.
c.       Pendekatan Hukuman dan Pengancaman
Pendekatan semacam ini tidak dibenarkan karena kurang manusiawi. Setiap pebelajar kurang mendapatkan penghargaan sebagai individu yang mempunyai harga diri; kurang termotivasi, kurang nyaman dalam aspek psikologis. Pendekatan penghukuman dan pengancaman ini termasuk penanganan yang kurang tepat dan bersifat otoriter.
2.      Pendekatan Permisif
Pendekatan yang permisif dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan pembelajar yang memaksimalkan kebebasan pebelajar untuk melakukan sesuatu. Sehingga bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan pebelajar.
a.      Tindakan Pendekatan Pengalihan dan Pemasabodohan
Dari tindakan pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh pembelajar diantaranya:
·      meremehkan sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali
·      memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan .
·      menukar dan mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya
·      menukar kegiatan salah satu pembelajar, digantikan oleh orang lain
·      mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada seorang anggota.
Melalui pendekatan ini pembelajar memandang mudah, tak banyak risiko. Namun sebenarnya pembelajar gegabah dalam mengambil cara pendekatan, terlalu memandang mudah mengalihkan, menukar, mengganti suatu tugas atau penanggung jawab. Padahal pembelajar memiliki harga diri pribadi serta pola berpikir yang masing-masing tidak sama.
b.      Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan.
Sekali lagi pembelajar memandang pebelajar telah mampu melakukan sesuatu dengan prosedur yang benar. “Biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”, demikian pegangan pembelajar dalam mengelola kelas. Lebih kurang menguntungkan lagi kalau selama pebelajar bekerja sendiri, aktif mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan atau disusun. Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja pebelajar belum memadai dan kurang terarah Akibatnya, sering terjadi pebelajar merasa telah benar dengan tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggung jawab dalam kelompok atau kelas itu.
3.      Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekatan ini berdasar pada teori bahwa semua perilaku pembelajar baik yang disukai maupun yang tidak adalah hasil belajar. Melalui pendapat tersebut maka dapat dikenal prinsip-prinsip bahwa: Semua bentuk pendekatan yang berupa penguatan positif maupun negatif, hukuman, penghilangan berlaku dalam proses belajar bagi setiap tingkatan umur dan semua keadaan. Proses belajar sebagian atau bahkan seluruhnya dipengaruh oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan.
a.    Pendekatan Penguatan
Contoh dalam hal ini adalah : Di kelas seorang pembelajar menyenangi mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi kurang menyenangi pelajaran Matematika. Kedua perilaku terhadap dua pelajaran yang disenangi perlu diperkuat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar tertentu. Bila perilaku yang disukai menghasilkan suatu hasil belajar dengan pola perilaku yang baik perlu diberi penguatan berikutnya berupa ganjaran atau hadiah. Berarti hasil belajar yang berupa perilaku itu dapat diteruskan. Penguatan dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Umumnya penguatan diberikan kepada pembelajar yang menampilkan tingkah laku yang baik dengan harapan agar perilaku tertentu yang dikuasai pebelajar disebut penguatan positif. Sebaliknya penguatan dengan jalan mengurangi atau menghilangkan perangsang yang tidak menyenangkan atau tidak memberi hasil kepada diri pebelajar disebut penguatan negatif.
b.   Pendekatan Penghukuman dan Penghilangan
Para penganut pendekatan pengubahan perilaku berpendapat bahwa :
Mengabaikan atau menghilangkan perilaku yang disukai dan memperlihatkan persetjuan terhadap perilaku yang disukai merupakan tindakan yang efektif untuk membina tingkah laku pembelajar dalam kelas, memperlihatkan persetujuan atas tingkah yang disukai merupakan kunci dalam pengelolaan kelas melalui pengubahan perilaku ini.
Melalui empat proses yakni penguatan positif, penguatan negatif, penghukuman dan penghilangan maka tugas pembelajar adalah menguasai, menerapkan proses tersebut secara tepat serta mengawasi tingkah laku pembelajar dengan penuh kewaspadaan.
4.      Pendekatan Iklim Sosio Emosional
Pendekatan ini memandang bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari hubungan yang baik antara pembelajar dengan pebelajar, pebelajar dengan pebelajar. Hubungan diharapkan merupakan jalinan ke arah hubungan antara pribadi yang dipengaruhi oleh:
a.       Sikap keterbukaan dan tidak berpura-pura
b.      Penerimaan dan kepercayaan pembelajar kepada pembelajar dan sebaliknya
c.       Rasa simpati pembelajar terhadap pembelajarnya.
Dengan pendekatan iklim sosio emosional pembelajar dipandang sebagai “keseluruhan pribadi yang sedang berkembang”, bukan hanya sebagai seorang yang mempelajari pelajaran tertentu. Asumsi dasarnya adalah: Kegiatan pembelajaran di sekolah berlangsung dalam suatu kelompok, dan kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri seperti sistem sosial lain.
5.      Pendekatan Proses Kelompok
Kelompok yang berfungsi secara efektif dapat melakukan pengawasan yang mantap terhadap anggota-anggotanya. Dalam pelaksanaan pendekatan proses kelompok yang harus diperhatikan oleh pembelajar ialah: a) Meningkatkan daya tarik dan ikatan bagi anggota-anggotanya melalui menumbuhkan sikap saling menghargai, komunikasi yang tepat, b) Mengembangkan aturan-aturan dan norma kelompok yang menyenangkan, produktif, diterima oleh semua anggota, kompak, bersatu dan bertanggung jawab, c) Mengaplikasikan ada 6 unsur proses kelompok yakni harapan, kepemimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi, dan keeratan hubungan (Schmuck dan Schmuck, 2002).

B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perwujudan Kelas
1.      Kurikulum
Kurikulum yang digunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa. Suatu kelas akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat apabila kurikulum yang dipergunakan di sekolah dirancangkan sesuai dengan dinamika masyarakat.
2.      Sarana dan Prasarana
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah sedang ruangan atau gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreativitas dalam mengatur pendayagunaan ruang atau gedung yang tersedia berdasarkan kurikulum yang dipergunakan demi terciptanya suasana belajar mengajar seperti yang telah diinginkan.
3.      Guru
Pengetahuan dan pemahaman tentang kompetensi guru akan mendasari pola kegiatannya dalam menunaikan profesi sebagai guru dan jaminan mutu pendidikan. Adapun kompetensi yang di maksud adalah:
·         Penguasaan bahan.
·         Mengelola program belajar mengajar.
·         Mengelola kelas.
·         Penggunaan media atau sumber.
·         Mampu mengelola dan mempergunakan interaksi belajar mengajar untuk perkembangan fisik dan psikis yang sehat bagi anak-anak.
·         Memiliki kemampuan melakukan penilaian prestasi belajar siswa secara obyektif dan mempergunakan hasilnya untuk kepentingan proses pendidikan anak-anak.
·         Memahami fungsi dan progam layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

4.      Murid
Murid merupakan potensi kelas yang harus di manfaatkan guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis dan menyenangkan. Setiap murid harus memiliki perasaan diterima terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung jawab terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangannya masing-masing.
5.      Dinamika Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang harus dipergunakan oleh setiap wali atau guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya tidak sekedar terbatas di dalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula dilaksanakan bersama-sama kelas yang lain atau oleh seluruh sekolah.
Dinamika kelas sangat dipengaruhi oleh cara wali atau guru kelas menerapkan adsministrasi pendidikan dan kepemimpinan pendidikan serta dalam mempergunakan pendekatan pengelolaan kelas.

6.      Lingkungan Sekitar
Adapun keberhasilan suatu proses belajar mengajar sedikit banyak juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Sebab bilamana dalam proses belajar mengajar tempat atau lingkungan yang digunakan tempat yang kumuh misalnya secara tidak langsung bagaimana keberhasilan dalam proses belajar mengajar bisa tercapai. Oleh karena itu, dalam pemilihan tempat untuk proses belajar mengajar harus benar-benar sesuai dengan lingkungan disekitarnya demi tercapainya keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perwujudan pengelolaan kelas disini juga akan disebutkan tentang mengapa pengelolaan kelas tidak mudah teretera atau tidak mudah dijalankan:
1.      Berdimensi Banyak
Di kelas guru dituntut untuk melaksanakan berbagai tugas yanng meliputi tugas-tugas akademik dan tugas penunjangnya, yakni tugas-tugas adsministratif. Tugas edukatif: menyusun persiapan mengajar lengkap dengan alat serta sumber, menyampaikan pelajaran dan mengevaluasi. Tugas administratif: meliputi pekerjaan mengabsen, mencatat data siswa, menyusun jadwal, mencatat hasil-hasil pengajaran dan masih banyak lagi.

2.      Serentak
Berbagai hal dapat terjadi pada waktu yang sama di kelas yang satupun tidak dapat ditunda. Misalnya selama dilaksanakan diskusi, guru tidak hanya mendengarkan dan membantu mengarahkan pikiran siswa, tetapi juga harus memantau siswa-siswa yang kurang efektif melibatkan diri dalam kegiatan, dan mencari strategi agar diskusi dapat berjalan dengan baik.

3.      Segera
Proses pengajaran yang terjadi di kelas dapat dikatakan cukup cepat, dengan waktu yang dijadwalkan tersebut guru harus bisa membaginya sedemikian hingga cukup efektif menghasilkan sesuatu yang dikuasai oleh siswa.

4.      Iklim Kelas yang Tidak Bisa Diramalkan Terlebih Dahulu
Iklim yang terjadi di kelas bukan semata-mata merupakan hasil upaya guru. Banyak faktor telah mempengaruhi terjadinya iklim kelas, dan beberapa diantaranya datang dengan tiba-tiba.

5.      Sejarah
Peristiwa yang terjadi di kelas akan mempunyai dampak yang dirasakan dalam waktu yang jauh sesudahnya. Seperti yang dikemukakan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Emmer, Everston dan Anderson (1980), peristiwa yang terjadi pada waktu awal-awal sekolah akan banyak berpengaruh pada pengelolaan kelas pada tingkat-tingkat berikutnya. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kelas-kelas yang begitu mudah dikelola tetapi sebaliknya ada yang sangat sulit, ternyata bahwa kelas yang mudah dikelola merupakan kelanjutan dari kelas yang pada waktu di kelas awal ditangani dengan baik lingkungan belajar yang kondusif.
Ø Sumber-sumber:
v  Azhar, Imam.2013. Pengelolaan Kelas: Dari Teori Ke Praktis. Yogyakarta: Insyira
v  http://mbegedut.blogspot.com/2010/11/faktor-yang-mepengaruhi perwujudan.html#.UYM-eGPPHMw (Di akses pada tanggal 15 April 2014, pukul: 18.00 WIB)
v  http://www.majalahpendidikan.com/2011/06/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas.html (Di akses pada tanggal 15 April 2014, pukul:18.30 WIB)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar